This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 30 Oktober 2012

Kemenkes Akan Imunisasi Masal Difteri 19 Kabupaten/Kota


Kementerian Kesehatan akan menggelar imunisasi tambahan difteri secara serentak di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur, menyusul ditetapkannya situasi kejadian luar biasa (KLB) difteri di daerah itu.

“Sesuai rekomendasi hasil evaluasi KLB difteri bulan Juni lalu, akan dilakukan imunisasi tambahan untuk lebih mengoptimalkan upaya penanggulangan KLB difteri di Jawa Timur,” kata Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Mantra (Simkarkesma) Kementerian Kesehatan Andi Muhadir dalam temu media di Jakarta, Jumat (19/10).
Imunisasi masal itu akan digelar pada 12 – 24 November di Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Kota Mojokerto, Jombang, Madiun, Kota Madiun, Pasuruan, Kota Pasuruan, Probolinggo, Kota Probolinggo, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.
Andi menyebut karena kelompok penderita difteri di Jawa Timur saat ini bergeser ke kelompok umur yang lebih tua, tidak lagi anak-anak, maka sasaran imunisasi tambahan juga akan diperlebar dari usia 2 bulan hingga 15 tahun.
Jenis vaksin difteri yang akan diberikan disesuaikan dengan golongan umur yaitu DPT-HB untuk usia 2 bulan-3 tahun, DT untuk usia 3-7 tahun dan Td untuk usia 7-15 tahun.
“Sedangkan target cakupan imunisasi ini minimal 95 persen, karena kalau kurang dari itu maka ada resiko untuk penularan lagi,” ujar Andi.
Total sasaran yang akan mendapatkan imunisasi tambahan ini adalah 1.160.699 anak 2 bulan-3 tahun, 1.291.296 anak 3-7 tahun dan 2.558.190 anak 7-15 tahun.
Tahun lalu, Kementerian Kesehatan telah melakukan imunisasi tambahan difteri di 10 kota/kabupaten di Jawa Timur, namun dinilai kurang maksimal sehingga kembali muncul wabah.
Menurut data Surveilans Nasional, KLB difteri telah menyebar di beberapa provinsi di Indonesia dengan Provinsi Jawa Timur menyumbang 83 persen kasus difteri di Indonesia.
Tanggal 11 Oktober 2011, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur telah menetapkan situasi KLB untuk Jawa Timur.(Ant/DNI)
sumber : http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2012/10/20/110644/Kemenkes-Akan-Imunisasi-Masal-Difteri-19-Kabupaten/Kota

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Anak


Ditulis oleh Prof. Dr. Agus Firmansyah, SpA(K)

Diare masih menjadi masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematian masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata mengalami diare 2-3 kali per tahun.
Dengan pemberian oralit, angka kematian akibat diare telah sangat menurun. Namun demikian, balita yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi, antara lain dapat merupakan akibat penyakit diare pada anak. Pencegahan dan pengobatan diare di rumah secara ringkas, tertuang pada bahasan berikut.
Pola buang air besar pada anak
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang.
Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari "cair" (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), "lembek" (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit).
Pada bayi berusia 0-2 bulan, terlebih yang minum ASI, frekuensi buang air besar lebih sering, bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Normalnya warna tinja kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
Kapan disebut diare?
Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besar "lebih encer" dan "lebih sering" dari biasanya. Selain "cairan", tinja anak diare dapat mengandung, lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala mencretnya.
Gejala yang timbul akibat penyakit diare
Karena terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan.
Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala:
  • Anak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat.
  • Mata tampak cekung, pada bayi ubun-ubun cekung, bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun menangis.
  • Turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut,
  • Nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin,
  • Kencing berkurang.
  • Pada dehidrasi berat nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (asidosis).
  • Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.
Prinsip mengatasi diare
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian.
Prinsip menangani diare adalah:
  • Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
  • Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, teruskan memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.
  • Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.
Mengatasi dimulai di rumah. 
Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian.
Sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit-200 dan larutan oralit siap minum khusus untuk anak/bayi yang dapat diperoleh di apotik. Bila tidak tersedia, dapat pula digunakan larutan yang dapat dibuat di rumah seperti larutan garam-gula atau larutan garam-tajin (lihat Tabel 1).
Jika telah terjadi dehidrasi, minumkanlah oralit 50-100 ml (tergantung berat ringannya dehidrasi) per kilogram berat badan dalam 3 jam dan bila masih mencret, oralit terus diberikan seperti di atas, yaitu 10 ml per kilogram berat badan setiap mencret (lihat Tabel2).
Bagaimana mengetahui keadaan anak membaik dan tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan di atas. Kesadaran anak membaik, rasa hausnya akan menghilang, mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya membaik.
Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter?
  • Muntah terus menerus sehingga diperhitungkan pemberian oralit tidak bermanfaat
  • Mencret hebat dan terus menerus yang diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil
  • Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).
Pencegahan diare Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare adalah dengan memutus rantai penularan tersebut.
Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:
  • Siapkan makanan memadai, sehat, bergizi dan bersih
  • Penyediaan air minum yang bersih
  • Kebersihan perorangan
  • Cuci tangan sebelum makan dan sebelum merawat anak/bayi
  • Pemberian ASI eksklusif
  • Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
  • Tempat buang sampah yang memadai (tertutup dan dibuang tiap hari)
  • Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
  • Lingkungan hidup yang sehat
Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian oralit. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak dengan diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah.
Tabel 1. Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin
Larutan Garam-GulaLarutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, ¼ sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang.Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siap digunakan.Bahan terdiri dari 6 sendok-makan munjung (100 g) tepung beras, 1 sendok teh (5 g) garam dapur, 2 liter air. Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan.
Tabel 2. Pengobatan diare di rumah 
Derajat DehidrasiJenis CairanJumlah CairanJadwal Pemberian
Belum dehidrasiCairan rumah tangga atau oralit10 ml per kg berat badan setiap kali mencret24 jam
Dehidrasi ringanOralit50 ml per kg berat badan10 ml per kg berat badan tiap mencret3 jam, 24 jam
Dehidrasi sedangOralit100 ml /kg berat badan 10 ml / kg berat badan tiap mencret3 jam, 24 jam
Dehidrasi beratSegera dibawa ke Puskesmas atau RS karena anak perlu mendapat infus

PUSKESMAS PONED


Dalam upaya penurunan AKI dan AKB, grand strategy yang ditetapkan Indonesia adalah Making Pregnancy Safer (MPS). Dalam MPS ditetapkan berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung penurunan AKI dan AKB. Salah satu hal yang diupayakan adalah pengadaan Puskesmas dengan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar). Puskesmas PONED diharapkan mampu menjadi rujukan antara sebelum Rumah sakit untuk mengatasi kegawatdaruratan yang terjadi pada ibu hamil, melahirkan dan nifas. Sebagaimana telah diketahui bahwa  salah satu faktor penyebab kematian ibu adalah keterlambatan merujuk ke Rumah Sakit apabila ada kegawatdaruratan. Keterlambatan ini yang berkaitan dengan kondisi geografis.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan.
Dalam kondisi tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap dan di beberapa wilayah juga dibutuhkan pelayanan medik spesialistik. Puskesmas PONED merupakan pengembangan pelayanan medik spesialistik di Puskesmas dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal ini adalah beberapa pelayanan kegawatandaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. Pengembangan tersebut dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana sesuai standar yang telah ditetapkan. Selain di Puskesmas, PONED bisa diselenggarakan di saran pemberi layanan kesehatan lainnya sepanjang itu memenuhi syarat – syarat yang ditetapkan.
Kematian ibu dan bayi sering terjadi karena komplikasi yang terjadi pada masa sekitar persalinan, maka intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan terlatih. Melalui pertolongan yang baik dan benar, diharapkan komplikasi akibat salah penanganan bisa dicegah, mengetahui dengan cepat komplikasi yang timbul dan dan dengan segera memberikan pertolongan termasuk merujuk bila diperlukan. Kegiatan difokuskan pada kegiatan peningkatan penyediaan pelayanan kesehatan ibu berkualitas dan pemanfaatannya.
Karena kejadian komplikasi sulit diduga sebelumnya, maka harus tersedia fasilitas dan tenaga kesehatan yang mampu memberikan pertolongan bila terjadi komplikasi di semua tingkatan dan dapat melayani secara purna waktu. Dan kegiatan untuk penanganan komplikasi ditujukan pada :
a.  Penyediaan sumber daya :
1.  Bidan mampu PPGDON
2.  Puskesmas mampu PONED
3.  Rumah sakit mampu PONEK
b.  Menjamin pencegahan dan penanggulangan infeksi.
c.  Program jaminan mutu.
d.  Pemenuhan alat medis dan obat-obatan yang mendukung terlaksananya pelayanan kegawatdaruratan.
e.  Penanganan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan metode kanguru.
f.   Persiapan dalam manghadapi kondisi gawat darurat.
Dalam salah satu outputnya, strategi MPS menyebutkan bahwa setiap Kabupaten/kota diharapkan mengembangkan minimal empat fasilitas PONED yang berkualitas, terutama di Puskesmas dengan tempat tidur.
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam membentuk puskesmas PONED dimulai dengan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan untuk menangani kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pemberian pelatihan intensif untuk dokter umum dan bidan. Kegiatan pelatihan diikuti dengan memantau efektivitas program in-service training dan pendidikan berkelanjutan.
Adapun kualitas PONED dipantau melalui assesment yang dilakukan setiap enam bulan sekali untuk melihat indikator keberhasilan pelaksanaannya yang meliputi :
a.  Peningkatan pengetahuan dan kinerja klinis. Ini dilihat dari penilaian langsung dengan menggunakan daftar tilik dan evaluasi kinerja dari waktu ke waktu melalui audit klinis.
b.  Penghargaan positif dari masyarakat yang dilayani. Ini dilihat dari kunjungan PONED dari waktu ke waktu.
c.  Peningkatan moral pelaksana yang secara positif memperngaruhi retensi dan motivasi.
Indikator – indikator di atas akan tercapai, salah satunya dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan berkelanjutan melalui in-service training yang dilakukan di fasilitas PONED.
Agar tujuan diadakannya Puskesmas PONED ini tercapai, diperlukan pengelola yang memiliki kemampuan manajemen dan ketrampilan memadai. Selain pengelola PONED langsung, peran Kepala Puskesmas sebagai pengambil keputusan tertinggi di Puskesmas sangat menentukan keberlangsungan PONED. Kapasitas manajerial Kepala Puskesmas untuk memfasilitasi pengembangannnya sangat vital.
Tindakan kegawatdaruratan yang dapat dilakukan pada pelaksana  PONED (sesuai buku acuan dan panduan) ini adalah :
a.     Plasenta manual,
b.     Kuretase pada abortus inkomplit tanpa komplikasi dengan AVM,
c.     Penanganan awal perdarahan ante partun dan post partum,
d.     Penjahitan robekan porsio,
e.     Kompresi bimanual dan aorta,
f.      Resusitasi pada asfiksia neonatal,
g.     Pemberian medikamentosa melalui vena umbilikalis,
h.     Ekstraksi vakum letak (stasion 0/0) rendah dengan vakum ekstraksi manual,
i.      Penanganan awal pre eklamsia/eklamsia, penanganan distosia bahu,
j.      Melaksanakan rujukan ke rumah sakit.
Pembinaan tehnis dilakukan bersama antara Dinas Kesehatan, dokter spesialis Rumah Sakit Umum Daerah sebagai konsulen dan Pusat Pelatihan Klinik Primer Kabupaten Banjarnegara.
Keberlangsungan Puskesmas PONED sangat bergantung pada komitmen para pelaksananya. Adapun perkembangannya dipantau melalui assesment yang dilakukan setiap enam bulan sekali dan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Di luar itu, Puskesmas melakukan self assesment untuk mengevaluasi pencapaian dan ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan kapasitas. Penyebaran informasi dan pengembangan ketrampilan terhadap seluruh petugas terkait menjadi sangat penting. Tim yang dilatih harus mampu memberikan informasi dan melakukan assesment pelaksanaan PONED di Puskesmas. Selain self assesment, juga dilakukan peer review yang dilakukan antar tenaga kesehatan maupun antar puskesmas. Dengan demikian, setiap personal akan berupaya meningkatkan kemampuannya. Tiap puskesmas diharapkan akan meningkat kualitas pelayanannya.
Untuk hal tersebut di atas, peran kepala Puskesmas sangat besar dalam menumbuhkan motivasi mengembangkan diri pada karyawan yang akhirnya akan berimbas pada peningkatan kualitas pelayanan. Hal tersebut hanya akan terjadi bila dalam Puskesmas tersebut ada semangat untuk belajar. Semangat dan motivasi untuk menjadi organisasi pembelajaran (learning organization).
Di samping yang sudah disebutkan di atas, untuk menjamin keberlangsungan program, perlu diciptakan suatu mekanisme untuk memelihara dan memutakhirkan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam praktek sehari – hari. Untuk hal tersebut, perlu pemantauan efektivitas program in-service training dan pendidikan berkelanjutan.
Selain peran Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan pengelola PONED di Puskesmas memiliki andil besar dalam pelaksanaan dan pemantauan kegiatan in-service training ini. Kepala Puskesmas harus mampu menjadi fasilitator dalam kegiatan ini. Dengan pelaksanaan in-service training yang efektif,  pelaksanaan PONED diharapkan akan semakin mantap dan berkelanjutan.  

Sumber :
Depkes, R.I, (2008). Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Sekretariat Jenderal.
Depkes, R.I, (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes, R.I, (2009). Sistem Kesehatan Nasional : Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Sekretariat Jenderal.
Senge M, Peter. (1990). The Fifth Discipline. The Art And Practice on The Learning Organization. (1sted). USA, Bantam Doubleday Dell Publishing Group, Inc.

SaYA